Senin, 11 Februari 2019

TINGKEBAN (MITONI)


SMAN 2 TEGAL   (X MIPA 4)

Nama Kelompok: 
  1. Fama Reskika
  2. Fella Zufah Malika
  3. Sekar Ayu Prawasti 
Tugas Sejarah:Tingkeban(Mitoni)

Peringatan 7 bulan kehamilan (mitoni/tingkeban)
                Ketika kandungan kehamilan memasuki usia 7bulan maka masyarakat muslim Jawa menyebutnya "wes mbobot" (sudah berbobot).Karena pada usia itu bentuk bayi dalam kandungan sudah sempurna,sementara sang ibu yang mengandung sudah mulai merasakan "beban" saat itulah diadakan ritual yang biasa disebut MITONI/TINGKEBAN.Disebut MITONI karena upacara dilaksanakan saat kehamilan berusia 7bulan.Tujuh dalam bahasa Jawa adalah "pitu" maka jadilah MITONI.Disebut TINGKEBAN yakni keselamatan kehamilan usia 7bulan (Mulyono,2008:448),dimana tingkeb maksudnya adalah "sudah genap" yakni genap artinya sudah waktunya dimana bayi sudah bisa dianggap wajar jika lahir.(Sholikhin,2010:79).
                Menurut Ibu Dariyah tingkeban adalah orang yang sedang mengandung berusia 7 bulan.Biasanya orang yang melakukan tingkeban untuk memperingati kehamilan anak pertamanya.Kalau sekarang umumnya 4 bulan, jarang yang mengadakan 7bulanan.Kebanyakan yang mengadakan tingkeban itu orang yang didesa, dikota yang mengadakan tingkeban itu jarang.Di acara tigkeban biasanya ada acara siraman, biasanya sebelum siraman, malamnya dilakukan slamatan dan paginya dilakukan tingkeban.
                Didalam acara tingkeban diperlukan sesaji untuk acara tersebut,yaitu:
  1. Nasi dan kluban (urap) 
  2. Bubur merah,bubur putih,bubur procot dan bubur baro-baro
  3. Aneka jajanan pasar
  4. Emping ketan digoreng tanpa minyak dilumuri dengan gula jawa dan parutan kelapa 
  5. Aneka jenis ampyang digoreng tanpa minyak dan dilumuri dengan gula jawa 
  6. Penyon yang terbuat dari adonan tepung beras dicampur air dengan warna kuning,putih,hitam dikukus berlapis
  7. Tumpeng Robyong yaitu tumpeng yang diatas puncaknya diberi telur rebus tanpa garam dengan kulitnya,terasi bakar,bawang merah dan cabai merah(bahan-bahan tersebut untuk menjadi satu dengan bambu).Disekitar tumpeng itu diberi aneka macam sayuran matang atau kluban.Tumpeng robyong tersebut ditaruh dalam cething atau tempat nasi
  8. Sampora yaitu makanan berbentuk seperti batok kelapa tengkurap yang terbuat dari tepung beras dengan santan dan di isi dalamnya gula jawa kemudian dikukus
  9. Pring sedapur yaitu makanan berbentuk tumpeng kecil berjumlah 9 pasang yang terbuat dari campuran tepung beras dan air.Pinggir tumpeng kecil tadi ditancapkan batangan-batangan seukuran kelingking dengan 7 macam warna.(Gunasasmita,2009:78).
Tata Cara Tingkeban:
  1. Ibu hamil yang mengadakan acara dimandikan dan dikeramas dengan air kembang 7rupa,oleh dukun atau kerabat tua .Gayung untuk memandikan terbuat dari buah kelapa tanpa dicukil buah kelapanya
  2. Kemudian ibu dilumuri atau digosok  dengan tepung beras 7warna dengan campuran daun kemuning,mangir,dan pandan yang kesemuanya ditumbuk sampai halus
  3. Selama dimandikan,ibu duduk dikursi kecil dari kayu dengan alas tikar,daun kluwi,ilalang,dan kara,dan daun dadapsrep
  4. Dasaran kain untuk proses ini adalah letrek,jingga,banguntulak,yuyusekandang,sembagi,putih,sindur,dan kain selendang lurik puluh watu
  5. Acara mandi selesai kemudian ibu berwudhu
  6. Ibu berganti pakaian dan dilingkari benang merah,putih,hitam,yang diikat longgar
  7. Kemudian,dukun atau mertua menjatuhkan alat pemintal benang ibu atau dukunnya itu dengan mengatakan"lanang arep,wadon arep,janji selamet".(laki-laki atau perempuan mau asal selamat)
  8. Kemudian 2 kelapa gading dijatuhkan dengan mengatakan"yen lanang kaya Kamajaya,Arjuna,utawa Panji lan yen wadon kaya ratih,Sambrada,utawa chandra kirana".Perlu diingat bahwa kelapa gading tersebut digambari tokoh laki-laki atau perempuan seperti Arjuna,Sembrada,Dewa Kamajaya,dan Dewi Ratih,Panji dan Chandra Kirana
  9. Setelah selesai ibu menuju rumah dan berdiri di depan kamar tengah ibu memakai kain dan kemben pertama hingga ke-7"ora pantes".Kemudian kain dan kemben dibiarkan berserakan dan diduduki
  10. Kemudian ibu memakai pakaian sesungguhnya,yaitu kemben dringin,kain batik tuntrum,dan tidak memakai baju.Perhiasan dalam bentuk apapun juga tidak boleh dikenakan.Kemudian sebagai penutup maka orang-orang di sekelilingnya mengatakan "wes patut,wes patut" (sudah pantas,sudah pantas).(Gunasasmita,2009:78-79)
FILOSOFI TINGKEBAN
                Bentuk lain interaksi antara tradisi lokal,Hindhu-Budha dan Islam,adalah dalam hal kepercayaan.Pada zaman Megalitikum telah dikenal suatu bentuk persembahan,mantra,ritual animisme,dan ritual dinamisme.Hal ini terus berlanjut pada masa pengaruh Hindhu-Budha, dan Islam.Bahkan konsep-konsep animisme dan dinamisme pada masyarakt Islam Indonesia masih kita temukan hingga saat ini.Kesemua itu terjadi dalam berbagai bentuk,seperti dalam tradisi kelahiran,petkawinan,dan kematian.Dalam kelahiran dapat melihat upacara yang melingkupi kehamilan.Tujuh bulan masa kehamilan dalam masyarakat Indonesia biasanya ditandaidengan ritual tertentu.Contoh dari ritual tersebut,antara lain pada masyarakat Jawa dilakukan Tingkeban (upacara tujuh bulanan).Upacara tersebut mempunyai tujuan memperoleh keselamatan bagi calon ibu dan sijabang bayi karena masa-masa tersebut adalah awal kehidupan mulai masuk kedalam tubuh sang bayi.(Sardiman,2007: 128-129).
                Tingkeban yaitu upacara nuju bulanan (7 bulan) saat calon bayi pertama masih berada dalam perut ibunya,dilaksanakan upacara adat denang wujud memohon wujub berkah Tuhan untuk keselamatan calon bayi dan ibunya.Diharapkan pula bahwa bayi lahir pada masanya dengan sehat,selamat,demikian pula dengan ibu yang melahirkan diberi kelancaran persalinan,sehat,selamat.(Vindex,2017:20).
                Upacara ini juga berarti pemisahan,sebagaimana setelah upacara mitoni berlangsung,pasangan suami istri itu harus tidur terpisah.Larangan seperti ini tak hanya berlaku bagi kehamilan pertama,melainkan juga bagi kehamilan berikutnya.Upacara tingkeban ini dilaksanakan pada malam hari sekitar pukul 20.00,saat wanita yang hamildan suaminya yang mandi bersama disebuah sungai kecil dan dangkal.Upacara ini dibimbing oleh seorang wanita tua atau dukun,dan disaksikan oleh beberapa perempuan lainya dan banyak anak-anak.Pasangan suami istri itu berdiri ditengah sungai dan sang suami berdiri didepan istrinya.Upacara dimulai ketika mereka membaca do'a.Kemudian pemimpin upacara mulai mengguyurkan air kepada pasangan itu,dan diikuti berturut-turut perempuan lainnya.(Suhardi,2018:320)

                Bacaan Do`a yang biasa dalam upacara mitoni dan tingkeban.
allahummaj`al wa aushil tsawaaba jamiiunbma qara`naahu ila hadratinnabiyul musthafa sayyidina wahabiibina wa sallama,wa aalihi wa shahbihi ajma`in,lahumul faatihah.........
*artinya:
Ya Allah,jadikanlah dan sampaikanlah energi dari semua yang kami baca ini kepada hadirat nabi yang terpilih,junjungan kami, pemberi syafaat kami, penyejuk mata kami, dan tuan kami, Muhammad saw, keluargaan para sahabatnya semua, bagi mereka semua alfatihah.......... (Sholikhin,2010:80)








 DAFTAR PUSAKA
  1.  Sholikhin.2010.Ritual dan Tradisi Islam Jawa.Jakarta:Narasi.
  2. Gunasasmita,R.2009.Kitab Primbon Jawa Serbaguna.Yogyakarta:Narasi.
  3. Sardiman.2008.SEJARAH 2.Jakarta:Yudhistira.
  4. Vindex Tengker.2017.Nglencer Ke YOGYAKARTA.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
  5. Suhardi.2018. Menekung Di Puncak Gunung.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.


TINGKEBAN (MITONI)

SMAN 2 TEGAL   (X MIPA 4) Nama Kelompok:  Fama Reskika Fella Zufah Malika Sekar Ayu Prawasti  Tugas Sejarah: Tingkeban(Mitoni) ...